·
Sejarah Banyumas
Babad Banyumas
Menurut cerita rakyat, zaman dahulu sebelum ada nama Banyumas, Kabupaten Banyumasdisebut sebagai
daerah “Selarong”. Suatu hari, daerah Selarong kedatangan seorang pria asing
mengendarai kuda. Selama di berada di Selarong, pria tersebut selalu menjadi
perhatian penduduk karena tingkah lakunya yang aneh. Karena dikira meresahkan
masyarakat, penguasa praja akhirnya menyuruh prajurit untuk menangkapnya dan
memasukkannya ke ruang tahanan.
Suatu
ketika daerah Selarong dilanda kemarau yang sangat panjang, sumur dan sungai
juga ikut mengering. Masyarakat semakin bingung untuk mendapatkan air, sehingga
upaya mereka hanya membuat sebuah belik, yaitu galian tanah di tepi
sungai/kali.
Saat pria asing itu dipenjarakan nampak awan hitam di langit yang
menyelimuti Selarong. Tak lama berselang, hujan pun turun dengan lebatnya.
Masyarakat Selarong sangat gembira bagaikan mendapat hujan emas. Karena
gembiran itulah, mereka berteriak-teriak dilapangan sambil berkata “Banyu,
banyu, banyu” dan yang lainnya berkata “Emas, emas, emas”. Perkataan yang
diucapkan serempak itu lama-kelamaan terdengar menjadi Banyu-emas, Banyu-emas.
Mulai saat itulah, masyarakat Selarong menyebut daerah itu menjadi BANYUMAS.
Sang
penguasa yang juga bergembira melihat masyarakat sudah kembali sedia kala.
Akhirnya sang tahanan pun dibebaskan, kemudian pria tersebut berjalan ke arah
barat menuju bukit Dawuhan. Tepat di sana, ia belajar kepada Embah Galagamba
yang terkenal sakti. Mereka berdua belajar sampai akhir hayatnya, dan hingga
kini ditemukan pesarean di komplek Dawuhan Banyumas yang dipercayai masyarakat
sebagai makamnya Embah Galagamba dan muridnya.
Namun,
ada sejarah lain yang mengatakan bahwa Banyumas merupakan wilayah dari Kerajaan
Pajang di bawah pimpinan Raja Sultan Hadiwijaya. Karena pendiri banyumas pada
masa itu adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati pertama dengan
gelar Adipati Marapat/ Adipati Mrapat.
Kabupaten
Banyumas berdiri tahun 1582 M, atau lebih tepatnya pada hari Jum’at Kliwon 6
April 1582 M, dan bertepatan dengan 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Ditetapkan
juga Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2
tahun 1990.
· BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANYUMAS
BUPATI
Ir. Achmad Husein (lahir di Jakarta, 17 Agustus 1959; umur 57 tahun) adalah bupati Banyumas yang menjabat pada periode 2013-2018. Sebelum menjadi bupati ia
pernah menjabat sebagai direktur utama PDAM Banyumas pada tahun 2005 hingga 2007. Ia lalu menjabat
sebagai wakil bupati Banyumas saat kepemimpinan bupati Mardjoko. Ia kemudian maju ke pilkada Banyumas 2013 dengan
pasangannya Budhi Setiawan dan menang dengan perolehan suara 45,43 persen. Pada September 2013 Achmad Husein mendapat gelar kebangsawanan Kanjeng Pengeran Haryo Adipati
Purbowinoto (setingkat Adipati) dari Kesunanan Surakarta, penganugerahan gelar ini
dilakukan oleh KGPH Panembangan Agung Tedjowulan di Pendapa Si Panji Pemkab
Banyumas tidak seperti selazimnya di Keraton Surakarta.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Achmad_Husein
WAKIL BUPATI
PROFIL WAKIL BUPATI BANYUMAS
WAKIL BUPATI BANYUMAS (Masa Jabatan Tahun 2013 – 2018)
Nama : dr. Budhi Setiawan
TTL : Banyumas, 29 Juli 1953
Istri : Dra. Linawati MT
Anak : 1. Thomas SetyoNugroho
2. Henry Christianto
3. Edwin Prakoso
Alamat : Desa Kedung Malang, No 5, RT 5/1 Kecamatan Sumbang
Riwayat pendikakan :WAKIL BUPATI BANYUMAS (Masa Jabatan Tahun 2013 – 2018)
Nama : dr. Budhi Setiawan
TTL : Banyumas, 29 Juli 1953
Istri : Dra. Linawati MT
Anak : 1. Thomas SetyoNugroho
2. Henry Christianto
3. Edwin Prakoso
Alamat : Desa Kedung Malang, No 5, RT 5/1 Kecamatan Sumbang
1. SD/SMP BRUDERAN PURWOKERTO
2. SMAN 1 PURWOKERTO
3. FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD – BANDUNG
4. PENSIUN DINI DKK BANYUMAS GOL. IVB
5. PAC PDI PERJUANGAN KEC. SUMBANG
6. BAPILU PDIP JATENG
7. KETUA IDI (IKATAN DOKTER INDONESIA) BANYUMAS
8. BENDAHARA PMI CABANG BANYUMAS
9. KOMITE SMAN 1 PURWOKERTO
10. KETUA BADAN PENGAWAS KUD SUMBANG
11. KETUA PAGUYUBAN THALASEMIA BANYUMAS
12. DOKTER TELADAN JAWA TENGAH TAHUN 1991
·
LOGO
BANYUMAS
Makna Logo
Banyumas :
1. Daun lambang :
berbentuk bulat, yang melambangkan kebulatan tekad masyarakat banyumas untuk
melakukan usaha yang suci. yaitu ikut serta dalam Revolusi Bangsa Indonesia
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
2. Gunung Slamet :
berwarna abu-abu, dengan warna biru di atas dan hijau di bawah. nama slamet
tersebut sebagai harapan masyarakat banyumas agar selalu selamat dunia akhirat.
gunung menggambarkan jiwa yang teguh manusia khususnya masyarakat banyumaas. di
gunung terdapat hutan lebat yang harus dijaga agar tetap hijau, mengingat
fungsi hutan untuk daerah yang bersifat : klimatologis, hidrologis, orologis, sosiologis, ekonomis, strategis, estetis, dan sanitair.
3. Sungai serayu terletak
melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang dibatasi dengan baris
gelombang sebanyak empat buah berwarna hitam. Nama serayu mencerminkan harapan
masyarakat Kabupaten Banyumas dan masyarakat seluruh Indonesia supaya
senantiasa selamat. Air sungai serayu sangat bermanfaat untuk pertanian dan
usaha-usaha produksi serta usaha-usaha lainnya dari masyarakat Kabupaten
Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang yang berarti bahwa sungai
tersebut mengalir di tiga wilayah Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja,
Jatilawang.
4. Seludang atau
Mancung Berwarna cokelat dan manggar berwarna kuning emas yang tandanya
terdapat 10 butir buah kelapa muda berwarna putih,kuning dan semuanya terletak di
bagian bawah sebelah kiri. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil gula kelapa.
5. Satu tangkai
ranting cengkeh dengan tangkainya yang berbuah lima biji, cengkeh berwarna
cokelat/kuning emas yang terletak di bawah sebelah kanan. Kabupaten Banyumas
merupakan penghasil cengkeh yang cukup besar.
6. Gada Rujak Polo
berwarna hitam dengan lima buah ruas, pinggiran lukisan yang ada di dalamnya
yaitu batas ruas yang berwarna kuning yang merupakan senjata Raden Werkudara
dengan sifat satria, jiwa pejuang yang gagah berani dan kuat yang dimiliki oleh
orang Banyumas yang mengingatkan para tokoh dan pejuang Kabupaten Banyumas.
sifat jujur dan cablaka yang dimiliki masyarakat banyumas mirip seperti sifat
raden Werkudara di cerita wayang.
7. Sebatang pohon
beringin pohon
beringin yang mempunyai sulur enam buah dan rimbunan daun berupa tiga lapisan
gelombang yang merupakan rangkaian 24 busur dengan susunan dari dalam keluar
4,6, dan 14 yang keseluruhannya berwarna putih dan terletak di tengah sebagai
bayangan (di belakang gada rujak polo). Bermakna pengayoman, keadilan, dan
kebenaran yang diusahakan dan menjadi cita-cita masyarakat Banyumas. Bersulur
enam utas menunjukkan enam daerah wilayah Kawedanan dan 24 wilayah Kecamatan
yang diayomi dalam lingkup wilayah Kabupaten Banyumas yang semua terdiri dari 3
daerah ex Kawedanan yang di dalamnya dilambangkan daun merimbun yang terdiri 3
lapisan.
8. Surya sengkala
bertuliskan RARASING RASA WIWARANING PRAJA mengandung makna Tahun
1966 dan juga diartikan bahwa rasa yang serasi dari masyarakat merupakan pintu
gerbang untuk memasuki daerah atau negara yang dicita-citakan.Ditulis dengan
huruf Latin berwarna emas di atas dasar yang berbentuk pita sebagai bayangan
berwarna hitam dengan pelisir kuning emas. Nama daerah “DAERAH KABUPATEN BANYUMAS”
ditulis dengan huruf Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk
pita berwarna merah pelisir warna kuning emas.
9.Pengapitlambang
sebelah kiri:Setangkai bulir padi berbiji 17 (berwarna kuning emas)
Sebelah kanan:Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas) Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
Sebelah kanan:Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas) Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
MaknaWarna untuk motif gambar lambang
daerah
Biru :kedamaian, terang
Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen
Kuning emas:kemurnian dan ketinggian mutu, keluhuran
Hijau:kesuburan,kemakmuran
Merah:keberanian,dinamika
Putih:kesucian,kejujuran
Biru :kedamaian, terang
Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen
Kuning emas:kemurnian dan ketinggian mutu, keluhuran
Hijau:kesuburan,kemakmuran
Merah:keberanian,dinamika
Putih:kesucian,kejujuran
· KESENIAN DAN BUDAYA DI BANYUMAS
·
Ebeg
Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang
berkembang di wilayah Banyumasan. Varian dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal
dengan nama kuda lumping, dan jaran kepang. Ada juga yang menamakannya jathilan
(Yogyakarta) dan reog (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu
yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan.
Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam,
mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan
kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki
penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Penari terdiri
dari dua orang berperan sebagai penthul-tembem (penari topeng yang lebih
sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau
dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Jadi satu grup ebeg dapat
beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg,
kecuali penthul-tembem. Ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya
memerlukan tempat yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman
rumah. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam.
Peralatan untuk gending pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron,
kenong, gong, dan terompet. Selain gendhing dan tarian, ada juga ubarampe
(sesaji) yang selalu disediakan berupa: bunga-bungaan, pisang raja dan pisang
mas, kelapa muda, jajanan pasar, dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini
selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan
seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, eling-eling (cirebonan).
Yang unik, disaat saat kerasukan/mendem para pemainnya biasa memakan
pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi,
makan padi dari tangkainya, bekatul, bara api, dan lain-lain, sehingga
menunjukkan kekuatannya Satria. Demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan
prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg
dilengkapi dengan atraksi barongsai ala Banyumas.
·
Laisan
Laisan adalah
jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan dilakukan oleh seorang
pemain pria yang sedang kesurupan. Badannya ditindih dengan lesung terus
dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam. Dalam kurungan itulah
Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu dimantra-mantara,
kurunganpun dibuka, dan munculah
pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah
pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain
biasanya melakukan thole-thole yaitu menari berkeliling arena
sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan, di wilayah lain
biasa disebut sintren.
·
Lengger- Calung
Kesenian
tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya,
tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan
bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung.
Gerakan khas tarian lengger antara lain geyol, gedheg, dan lempar
sampur. Dahulu, penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, namun
kini umumnya ditarikan oleh wanita cantik, sedangkan penari prianya hanyalah
sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana. Badut
biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2
sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan
sangat menarik, rambut disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya
terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan
kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang
lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat
sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung,
gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu
wulung (hitam). Yang tidak terbuat dari bambu hanyalah gendang, seperti gendang
pada umumnya. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal
sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota, terdiri
dari penabuh gamelan dan penari/lengger.
·
Angguk
Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke-17, dibawa oleh
para penyebar agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini
disebut angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan
kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah
satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini sekarang
semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari
anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna
hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan kuning di bagian
dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut dengan hiasan garis
merah, tanpa alas kaki, mengenakan kaos kaki panjang sebatas lutut, serta
memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya terdiri dari kendang,
bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana besar) dan angklung. Syair
lagu-lagu Tari Angguk
diambil dari kitab Barzanji, berbahasa bahasa Arab. Tetapi akhir-akhir ini gerak
tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa
khas Banyumasan tanpa mengubah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk
adalah aplang. Bedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria, maka
aplang atau daeng dimainkan oleh remaja putri.
·
Wayang kulit gagrag Banyumasan
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, masyarakat
Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang
kulit di wilayah Banyumas
cenderung mengikuti pedalangan gagrag atau gaya Banyumasan.
Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo
bercampur Kedu, baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya. Bahasa yang
dipergunakan pun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para
punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya
sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi
Bawor atau Carub. Jika dalam punakawan Yogya-Solo, Bagong merupakan putra
bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah
maskotnya masyarakat Banyumas. Ciri utama dari wayang kulit gagrag
Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang kental, dan dalang memang berupaya
menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh
pedalangan untuk Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yang terkenal saat ini antara lain Ki
Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, dan Ki Suwarjono.
·
Gending Banyumasan
Gending khas
lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan,
bahkan dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil
kreasi barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan.
Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun
berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo
bahkan lebih mendekati irama Sunda. Syairnya umumnya mengandung nasihat, humor,
menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial
kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan
biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya,
irama gending Banyumasan mengenal juga laras slendro dan pelog.
·
Begalan
Begalan
adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara
perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki
pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi ini mirip
perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik adalah
dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi kritikan
dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh
humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung.
Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak
dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu
terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama
gending. Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang
(peralatan dapur), seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok.
Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan
ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang
bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu.
Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog
yang disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang diterjemahkan dari
nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman bambu
diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik buruk.
Centhing, tempat nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah yang memiliki
tatanan tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah
alat memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah tangga
cara berpikirnya harus masak/matang. Selain menikmati kebolehan atraksi tari
begalan dan irama gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog menarik yang
penuh humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang dipikul diperebutkan
para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak boleh dipentaskan
terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian panjang upacara pengantin.
·
Rengkong
Rengkong
adalah kesenian yang menyajikan bunyi-bunyian khas serupa suara kodok mengorek
secara serempak yang dihasilkan dari permainan pikulan bambu. Pikulan bambu
tersebut berukuran besar dan kuat tetapi ringan karena berbahan dasar bambu
tua. Biasanya menggunakan bambu tali dengan panjang sekitar 2,6 meter. Pada
kedua ujung bambu dibuat lubang persegi panjang selebar 1 cm, sekeliling
bambu melintasi lobang tersebut diraut sebagai tempat bertengger tali
penggantung ikatan padi. Dua ikat padi seberat ± 15 kg digayutkan dengan
tali ijuk mengalungi sonari (badan rengkong bambu di tempat yang diraut). Di
tengah masing-masing ikatan padi ada sunduk (tusuk) bambu sepanjang
hampir 2 meter. Ujung atas sunduk bambu dimasukkan ke badan bambu
rengkong dekat gantungan tali ijuk. Cara memainkannya, pikulan bambu rengkong
yang berisi muatan padi diletakkan pada bahu kanan (dipikul). Pemikul
mengayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan dengan mantap dan teratur. Tali ijuk
dengan beban padi yang menggantung pada badan bambu rengkong pun
bergerak-gerak, gesekan tali ijuk yang keras inilah yang menimbulkan suara
berderit-derit nyaring. Kalau ada beberapa rengkong yang dimainkan serempak
maka akan timbul suara yang mengasyikan, khas alam petani. Bila dimainkan
dengan berbaris berarak-arakan maka suasananya akan lebih semarak. Kesenian
tradisional para petani ini biasanya diadakan pada pesta perayaan panen atau
pada hari-hari besar nasional.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional_Banyumasan
·
MAKANAN KHAS
BANYUMAS
·
Soto Sokaraja
Soto Sokaraja
adalah salah satu kuliner khas Banyumas yang hanya bisa ditemui dan dirasakan
kenikmatan di daerah Sokaraja Banyumas. Walaupun di beberapa daerah ada juga
soto sokaraja, namun tetap saja soto asli sokaraja Banyumas ini tidak bisa
dikalahkan dengan yang lain.
·
Klanting/ Lanting Bumbu
Mungkin bagi yang
pernah naik kereta api tahun sebelum tahun 2012, ada ciri khas ketika kereta
memasuki Stasiun Purwokerto yaitu tawaran pedagang asongan yang menjajakan
lanting bumbu. Ya, Banyumas memang identik dengan lanting bumbu. Ada juga yang
menyebutkan lanting bumbu dengan kelanting. Lanting bumbu adalah makanan khas
banyumas yang terbuat dari singkong yang diparut dan diperas airnya dan
kemudian dicampurkan dengan bumbu-bumbu lalu digoreng hingga berubah warna.
Sobat harus nyobain makanan kecil khas ini, karena enak dan gurih. Tidak hanya
cocok untuk cemilan, tapi juga pas sebagai sajian untuk tamu.
·
Nopia
Hampir sama dengan
lanting yang biasanya dijajakan di kereta dan tempat strategis lain, nopia
menjadi makanan khas banyumas Jawa Tengah paling laris selanjutnya. Bentuknya
unik, cara membuatnya juga unik. Bagaimana tidak unik cara membuatnya, proses
pematangan nopia bukan dengan digoreng atau dikukus, tapi di panggang di tungku
khusus dengan cara ditempel di dinding tungku yang dipanasi dengan bara api.
Bahan utamanya adalah tepung terigu yang diisi dengan gula jawa/ kacang/
coklat. Tinggal pilih sesuai dengan selera.
·
Getuk Goreng Sokaraja
Makanan khas
Banyumas Jawa Tengah selanjutnya adalah getuk goreng sokaraja. Berbeda dengan
getuk-getuk pada umumnya yang dibuat dengan hanya menguleni bahaln-bahan yang
terbuat dari singkong kemudian dicetak menggunakan cetakan khusus, getuk goreng
perlu dua kali proses pembuatan. Pertama dengan mengukus bahan-bahan utama
yaitu singkong pilihan. Kemudian singkong yang sudah dikukus dilumatkan bersama
dengan gula jawa. Campurkan juga dengan tepung terigu dan tepung beras . Bentuk
menjadi kotak-kotak kecil. Proses selanjutnya adalah dengan menggoreng hingga
aromanya harum dan berubah warna. Getuk goreng ini memiliki cita rasa yang khas
yaitu paduan manis gula jawa dan singkongnya. Jika sobat mau, silahkan datang
ke pusat getung goreng di daerah Sokaraja Banyumas.
·
Jenang Jaket
Makanan khas
Banyumas satu ini tergolong unik karena namanya jaket, tapi bukan berarti dari
jaket beneran ya. Jika di Jakarta ada roti buaya untuk acara kawinan, di
Banyumas Jenang Jaket adalah satu kuliner wajib yang ada di acara nikahan.
Mersi adalah satu daerah yang terkenal dengan jenang jaketnya. Disana sobat
bisa mendapatkan jenang yang baru matang atau bisa juga melihat bagaimana cara
membuatnya. Rasanya? jelas enak, paduan antara kekenyalan dan manis gula jawa
asli.
·
Keripik
Satu oleh-oleh
wajib yang harus sobat bawa dari Banyumas adalah keripik. Keripik terbuat dari
tempe yang diiris tipis kemudian dilumuri dengan tepung lalu digoreng hingga
kering sehingga ketika dimakan akan terasa sekali, kriyik-kriyiknya.
·
Cimplung
Satu lagi makanan
khas Banyumas yang wajib sobat cicipi, yaitu cimplung. Cimplung adalah makanan
khas olahan Banyumas yang hanya bisa bisa dilakukan oleh mereka para pembuat
gula jawa. Sebab cara membuatnya dengan merebus bahan utama cimplung yaitu
singkong atau dawegan (kelapa muda) ke dalam rebusan air nira kelapa (badeg).
Rasanya tentu saja manis, manis alami gula jawa.
·
Kraca
Jangan kaget,
ketika bulan puasa di Banyumas ada makanan yang banyak di jual di warung selain
kolak atau bubur, makanan itu adalah kraca. Kraca adalah sejenis keong sawang
yang kecil-kecil kemudian diolah sedemikian rupa sehingga bisa bercita rasa
istimewa. Dalam pengolahannya bumbu yang paling mencolok adalah adanya batang
sereh, sehingga aroma akan terasa sangat harum. Dimakan dengan cara di cucup
(di sedot dengan mulut). Cocok untuk menu buka puasa.
·
Tomplo/Templek
Tomplo adalah
gorengan atau makanan kecil khas Banyumas Jawa Tengah. Tomplo ini dibuat dari
ranjem (sisa perasan ampas tahu) kemudian dilumuri dengan tempu yang telah dicampur
dengan bumbu mendoan, kemudian digoreng. Tomplo bisa dimakan sendiri atau
bersama nasi.
·
Kluban
Namanya kluban,
bukan uban. Bagi yang sudah pernah makan urap (sayur urap), kluban nyaris sama
dengan sayur urap. Sama terbuat dari sayur yang telah direbus kemudian dicampur
dengan parutan kelapa yang telah dibumbui dan diberi sambel. Bedanya adalah
pada pengolahan parutan kelapa. Kalau urap, dimasak terlebih dahulu, kalau
kluban langsung dicampur dengan sayur. Tapi rasanya lezat banget sobat.
·
Gesret
Kembali lagi
dengan makanan yang terbuat dari singkong, yaitu gesret. Prosesnya yaitu
singkong yang telah dibersihkan, kemudian digesret/ diparut dengan parutan
khusus sehingga bentuknya panjang seperti mi kwetiau, namun panjangnya mungkin
hanya 5 cm. Setelah itu gesretan dicampur dengan gula jawa dan bumbu lain,
kemudian dikukus. Gesret disajikan dengan dipotong-potong persegi dan ditaburi
dengan parutan kelapa.
·
Jalabia
Jalabia terbuat
dari singkong yang diparut kemduian dibentuk menjadi lingkaran seperti donat.
Kemudian digoreng hingga mengambang. Jalabia cocok dijadikan sebagai makanan
ringan saat senggang, bisa dimakan hangat ataupun dingin.
·
Intil
Satu lagi makanan
khas Banyumas yang terbuat dari singkong yaitu intil. Proses pembuatan intil
agak mirip dengan pembuatan jalabia. Namun parutan yang digunakan adalah
parutan halus. Hasil parutan singkong kemudian diperas dan dicampur dengan gula
jawa dan bumbu lainnya. Kemudian singkong dikukus hingga matang. Jika sudah
matang intil bisa dijadikan sebagai pengganti nasi namun rasanya manis.
·
Kepok
Apakah sobat
pernah makan lupis medan? Kepok hampir sama dengan lupis medan, sama-sama
terbuat dari beras ketan yang diproses seperti membuat nasi kemudian di bentuk
menggunakan mangkuk kemudian ditaburi dengan parutan kelapa yang ditaburi garam
secukupnya.
·
Tegean
Tegean adalah
sayuran bening khas banyumas. Isinya bermacam-macam sayuran biasanya ada kubis,
kentang, wortel, sawi, bayam, muncang, seledri dan taburan bawang goreng yang
diracik menggunakan bumbu khusus sehingga menjadi sayuran yang enak dan lezat.
Ada juga yang mencampurkannya dengan irisan daging sapi/ krewedan atau juga
dengan daging ayam. Ada juga yang membuat tegean dengan dicampur dengan mi
bihun.
·
TEMPAT WISATA
KABUPATEN BANYUMAS
·
Alun-Alun
Purwokerto
Berada 18 km dari Purwokerto. Jaman dahulu, alun-alun merupakan
penanda pusat pemerintahan, dan ditanami pohon beringin sebagai lambang
pengayom rakyat.
- · Andhang Pangrenan
Taman Andhang Pangrenan berada di bekas terminal
bus Jalan Gerilya. Taman yang luas ini mulai diresmikan Maret 2011, di era
Bupati Mardjoko. Sangat cocok bagi Anda yang suka jogging, karena tersedia
track jogging mengelilingi taman. Anda bisa juga bersepeda di dalam taman,
tanpa harus membawa sepeda dari rumah karena ada penyewaan sepeda di dalam.
- · Baturaden
Kawasan wisata
Baturraden, sebelum Telaga Sunyi, merupakan wahana ekowisata dan petualangan
rimba, gunung, dan sungai.
- · Bendung Gerak Serayu
Kawasan wisata
Baturraden, sebelum Telaga Sunyi, merupakan wahana ekowisata dan petualangan
rimba, gunung, dan sungai.
- · Bumi Perkemahan Banyumas
Perkemahan sejuk di
kawasan Baturraden, yang sering digunakan para pecinta alam dan digunakan
sebagai tempat Jambore Nasional Gerakan Pramuka.
- · Curug Cipendok
Desa Karangtengah, Kec
Cilongok, dengan ketinggian 92 m, hawanya sejuk, lokasinya cukup mudah dicapai,
bisa menikmati mendoan dan susu murni saat menuju curug.
- · Dream Land
Jalan Pabrik Tapioka,
Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, dengan Air terjun, Arum Jeram, Flying Fox,
Kolam Arus, Kolam Seribu Air, Kolam Terapi Ikan, Taman Pasir, Taman Batu, Taman
Burung, Taman Reptil, Water Boom, Water Park.
- · Gunung Slamet
Treking mendaki Gunung Slamet setinggi 3.428 mdpl yang bisa
ditempuah melalui jalur pancuran 7, wanawisata Baturraden, Baturraden Adventure
Forest, atau dari Blambangan, Purbalingga.
- · Pendopo Sipanji
Di samping alun-alun Purwokerto, dengan salah satu pilarbernama Si
Panji, merupakan lambang kekuatan rakyat Banyumas, dibangun Adipati Yudonegoro
II, Bupati Banyumas ke-7, pada 1706.
- · Telaga Sunyi Baturaden
Berada 3,5 km di sebelah
timur Baturraden. Telaga ini begitu indah dengan airnya yang dingin dan sangat
jernih. Pada musim-musim tertentu dijumpai aneka kupu-kupu dan capung.
- · Trowongan Notog
Desa Notog, Kecamatan
Patikraja, dengan panjang 260 m, dibangun oleh Perusahaan Kereta Api SS (Staats
Spoorwegen) pada 1915 untuk mendukung jalur kereta api Cirebon u2013 Kroya. Di
atas terowongan terdapat makam dari para pekerja pembangunan terowongan Notog.
- · Watu Sinom
Di dalam kebun di
belakang SMP Negeri 2 Kedungbanteng, berupa sebuah batu sangat besar, yang
konon merupakan tempat bertemu Raden Kamandaka dengan Raden Banyak Ngampar,
adiknya.
·
ALAT
MUSIK BANYUMAS
· Kentongan
Alat
musik tradisional ini biasa dipasang di depan rumah dan di tempat ronda.
Kentongan terbut dari bambu yang dilubangi. Cara memainkannya sangatlah mudah,
yaitu dengan cara dipukul dengan kayu.
·
Kendang
Ada orang yang
menyebutnya dengan Gendang. Alat musik ini terbuat dari kayu, penjalin sebagai
talu, dan kulit sapi sebagai penutupnya. Ala musik ini sangat menonjol suaranya
kalau di musik dangdut, jaipongan, dan wayang kulit. Seseorang bisa menari
mengikuti irama kendang. Seperti goyangan para artis dangdut sangat indah
ketika mengikuti irama kendang.
·
Bonang
Bonang biasa terbuat dari kuningan. Bonang mempunyai variasi ukurang. Masing-masing ukurang menghasilkan suara yang berbeda-beda. Cara memainkannya cukup dipukul dengan kayu. Alat ini bisa kamu lihat di acara jaran kepang atau “ebeg” atau kuda lumping, dan wayang kulit. Irama bonang bisa sesuai dengan irama do re mi fa so la si do
Sumber :
http://www.pakmono.com/2015/01/alat-musik-tradisional-jawa-tengah-yang.html