Rabu, 07 Desember 2016

Semua tentang Banyumas

·       Sejarah Banyumas

Babad Banyumas

Menurut cerita rakyat, zaman dahulu sebelum ada nama Banyumas, Kabupaten Banyumasdisebut sebagai daerah “Selarong”. Suatu hari, daerah Selarong kedatangan seorang pria asing mengendarai kuda. Selama di berada di Selarong, pria tersebut selalu menjadi perhatian penduduk karena tingkah lakunya yang aneh. Karena dikira meresahkan masyarakat, penguasa praja akhirnya menyuruh prajurit untuk menangkapnya dan memasukkannya ke ruang tahanan.
Suatu ketika daerah Selarong dilanda kemarau yang sangat panjang, sumur dan sungai juga ikut mengering. Masyarakat semakin bingung untuk mendapatkan air, sehingga upaya mereka hanya membuat sebuah belik, yaitu galian tanah di tepi sungai/kali. 


Saat pria asing itu dipenjarakan nampak awan hitam di langit yang menyelimuti Selarong. Tak lama berselang, hujan pun turun dengan lebatnya. Masyarakat Selarong sangat gembira bagaikan mendapat hujan emas. Karena gembiran itulah, mereka berteriak-teriak dilapangan sambil berkata “Banyu, banyu, banyu” dan yang lainnya berkata “Emas, emas, emas”. Perkataan yang diucapkan serempak itu lama-kelamaan terdengar menjadi Banyu-emas, Banyu-emas. Mulai saat itulah, masyarakat Selarong menyebut daerah itu menjadi BANYUMAS.

Sang penguasa yang juga bergembira melihat masyarakat sudah kembali sedia kala. Akhirnya sang tahanan pun dibebaskan, kemudian pria tersebut berjalan ke arah barat menuju bukit Dawuhan. Tepat di sana, ia belajar kepada Embah Galagamba yang terkenal sakti. Mereka berdua belajar sampai akhir hayatnya, dan hingga kini ditemukan pesarean di komplek Dawuhan Banyumas yang dipercayai masyarakat sebagai makamnya Embah Galagamba dan muridnya.
                                                                                                                                    
Namun, ada sejarah lain yang mengatakan bahwa Banyumas merupakan wilayah dari Kerajaan Pajang di bawah pimpinan Raja Sultan Hadiwijaya. Karena pendiri banyumas pada masa itu adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati pertama dengan gelar Adipati Marapat/ Adipati Mrapat. 


Kabupaten Banyumas berdiri tahun 1582 M, atau lebih tepatnya pada hari Jum’at Kliwon 6 April 1582 M, dan bertepatan dengan 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Ditetapkan juga Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

                       
              

·       BUPATI DAN WAKIL BUPATI BANYUMAS

BUPATI



Ir. Achmad Husein (lahir di Jakarta, 17 Agustus 1959; umur 57 tahun) adalah bupati Banyumas yang menjabat pada periode 2013-2018. Sebelum menjadi bupati ia pernah menjabat sebagai direktur utama PDAM Banyumas pada tahun 2005 hingga 2007. Ia lalu menjabat sebagai wakil bupati Banyumas saat kepemimpinan bupati Mardjoko. Ia kemudian maju ke pilkada Banyumas 2013 dengan pasangannya Budhi Setiawan dan menang dengan perolehan suara 45,43 persen. Pada September 2013 Achmad Husein mendapat gelar kebangsawanan Kanjeng Pengeran Haryo Adipati Purbowinoto (setingkat Adipati) dari Kesunanan Surakarta, penganugerahan gelar ini dilakukan oleh KGPH Panembangan Agung Tedjowulan di Pendapa Si Panji Pemkab Banyumas tidak seperti selazimnya di Keraton Surakarta.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Achmad_Husein



WAKIL BUPATI



PROFIL WAKIL BUPATI BANYUMAS
WAKIL BUPATI BANYUMAS (Masa Jabatan Tahun 2013 – 2018)
Nama   : dr. Budhi Setiawan
TTL     : Banyumas, 29 Juli 1953
Istri      : Dra. Linawati MT
Anak   :
1. Thomas SetyoNugroho
               2. Henry Christianto
               3. Edwin Prakoso
Alamat : Desa Kedung Malang, No 5, RT 5/1 Kecamatan Sumbang
Riwayat pendikakan :
1. SD/SMP BRUDERAN PURWOKERTO
2. SMAN 1 PURWOKERTO
3. FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD – BANDUNG
4. PENSIUN DINI DKK BANYUMAS GOL. IVB
5. PAC PDI PERJUANGAN KEC. SUMBANG
6. BAPILU PDIP JATENG
7. KETUA IDI (IKATAN DOKTER INDONESIA) BANYUMAS
8. BENDAHARA PMI CABANG BANYUMAS
9. KOMITE SMAN 1 PURWOKERTO
10. KETUA BADAN PENGAWAS KUD SUMBANG
11. KETUA PAGUYUBAN THALASEMIA BANYUMAS
12. DOKTER TELADAN JAWA TENGAH TAHUN 1991




·       LOGO BANYUMAS



Makna Logo Banyumas :
1. Daun lambang : berbentuk bulat, yang melambangkan kebulatan tekad masyarakat banyumas untuk melakukan usaha yang suci. yaitu ikut serta dalam Revolusi Bangsa Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
2. Gunung Slamet : berwarna abu-abu, dengan warna biru di atas dan hijau di bawah. nama slamet tersebut sebagai harapan masyarakat banyumas agar selalu selamat dunia akhirat. gunung menggambarkan jiwa yang teguh manusia khususnya masyarakat banyumaas. di gunung terdapat hutan lebat yang harus dijaga agar tetap hijau, mengingat fungsi hutan untuk daerah yang bersifat : klimatologis, hidrologis, orologis, sosiologis, ekonomis, strategis, estetis, dan sanitair.
3. Sungai serayu terletak melintang dengan warna kuning emas berlapis tiga yang dibatasi dengan baris gelombang sebanyak empat buah berwarna hitam. Nama serayu mencerminkan harapan masyarakat Kabupaten Banyumas dan masyarakat seluruh Indonesia supaya senantiasa selamat. Air sungai serayu sangat bermanfaat untuk pertanian dan usaha-usaha produksi serta usaha-usaha lainnya dari masyarakat Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Digambarkan tiga lapis gelombang yang berarti bahwa sungai tersebut mengalir di tiga wilayah Kawedanan yaitu Banyumas, Sokaraja, Jatilawang.
4. Seludang atau Mancung Berwarna cokelat dan manggar berwarna kuning emas yang tandanya terdapat 10 butir buah kelapa muda berwarna putih,kuning dan semuanya terletak di bagian bawah sebelah kiri. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil gula kelapa.
5. Satu tangkai ranting cengkeh dengan tangkainya yang berbuah lima biji, cengkeh berwarna cokelat/kuning emas yang terletak di bawah sebelah kanan. Kabupaten Banyumas merupakan penghasil cengkeh yang cukup besar.

6. Gada Rujak Polo berwarna hitam dengan lima buah ruas, pinggiran lukisan yang ada di dalamnya yaitu batas ruas yang berwarna kuning yang merupakan senjata Raden Werkudara dengan sifat satria, jiwa pejuang yang gagah berani dan kuat yang dimiliki oleh orang Banyumas yang mengingatkan para tokoh dan pejuang Kabupaten Banyumas. sifat jujur dan cablaka yang dimiliki masyarakat banyumas mirip seperti sifat raden Werkudara di cerita wayang.
7. Sebatang pohon beringin pohon beringin yang mempunyai sulur enam buah dan rimbunan daun berupa tiga lapisan gelombang yang merupakan rangkaian 24 busur dengan susunan dari dalam keluar 4,6, dan 14 yang keseluruhannya berwarna putih dan terletak di tengah sebagai bayangan (di belakang gada rujak polo). Bermakna pengayoman, keadilan, dan kebenaran yang diusahakan dan menjadi cita-cita masyarakat Banyumas. Bersulur enam utas menunjukkan enam daerah wilayah Kawedanan dan 24 wilayah Kecamatan yang diayomi dalam lingkup wilayah Kabupaten Banyumas yang semua terdiri dari 3 daerah ex Kawedanan yang di dalamnya dilambangkan daun merimbun yang terdiri 3 lapisan.
8. Surya sengkala bertuliskan RARASING RASA WIWARANING PRAJA mengandung makna Tahun 1966 dan juga diartikan bahwa rasa yang serasi dari masyarakat merupakan pintu gerbang untuk memasuki daerah atau negara yang dicita-citakan.Ditulis dengan huruf Latin berwarna emas di atas dasar yang berbentuk pita sebagai bayangan berwarna hitam dengan pelisir kuning emas. Nama daerah “DAERAH KABUPATEN BANYUMAS” ditulis dengan huruf Latin berwarna kuning emas di atas dasar yang berbentuk pita berwarna merah pelisir warna kuning emas.
9.Pengapitlambang sebelah kiri:Setangkai bulir padi berbiji 17 (berwarna kuning emas)
Sebelah kanan:Ranting murbai 8 (berwarna hijau berpelisir warna kuning emas, berbuah delapan untai/buah berwarna merah dan kuning emas serta tangkainya berwarna kuning emas) Menggambarkan dan bermakna Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Perpaduan antara padi murbai dan gada rujak polo melambangkan hari depan rakyat Banyumas yang menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perpaduan antara bulir padi tujuh belas biji, murbai berdaun delapan, garis gelombang empat buah dan gada beruas lima adalah merupakan angka tanggal bersejarah, Hari Proklamasi Indonesia, 17 Agustus 1945.
MaknaWarna untuk motif gambar lambang daerah
Biru
:kedamaian, terang
Hitam:keabadian,keteguhan,setia,konsekuen
Kuning emas:kemurnian dan ketinggian mutu, keluhuran
Hijau:kesuburan,kemakmuran
Merah:keberanian,dinamika
Putih:kesucian,kejujuran

·       KESENIAN DAN BUDAYA DI BANYUMAS

·        Ebeg



Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumasan. Varian dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama kuda lumping, dan jaran kepang. Ada juga yang menamakannya jathilan (Yogyakarta) dan reog (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Penari terdiri dari dua orang berperan sebagai penthul-tembem (penari topeng yang lebih sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Jadi satu grup ebeg dapat beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg, kecuali penthul-tembem. Ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk gending pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain gendhing dan tarian, ada juga ubarampe (sesaji) yang selalu disediakan berupa: bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda, jajanan pasar, dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, eling-eling (cirebonan). Yang unik, disaat saat kerasukan/mendem para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, bekatul, bara api, dan lain-lain, sehingga menunjukkan kekuatannya Satria. Demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongsai ala Banyumas.




·        Laisan



Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang kesurupan. Badannya ditindih dengan lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam. Dalam kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain biasanya melakukan thole-thole yaitu menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan, di wilayah lain biasa disebut sintren.

·        Lengger- Calung



Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Gerakan khas tarian lengger antara lain geyol, gedheg, dan lempar sampur. Dahulu, penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, namun kini umumnya ditarikan oleh wanita cantik, sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana. Badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam). Yang tidak terbuat dari bambu hanyalah gendang, seperti gendang pada umumnya. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota, terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.

·        Angguk



Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke-17, dibawa oleh para penyebar agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut dengan hiasan garis merah, tanpa alas kaki, mengenakan kaos kaki panjang sebatas lutut, serta memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana besar) dan angklung. Syair lagu-lagu Tari Angguk diambil dari kitab Barzanji, berbahasa bahasa Arab. Tetapi akhir-akhir ini gerak tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa khas Banyumasan tanpa mengubah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk adalah aplang. Bedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria, maka aplang atau daeng dimainkan oleh remaja putri.

·        Wayang kulit gagrag Banyumasan



Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, masyarakat Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di wilayah Banyumas cenderung mengikuti pedalangan gagrag atau gaya Banyumasan. Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur Kedu, baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya. Bahasa yang dipergunakan pun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor atau Carub. Jika dalam punakawan Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya masyarakat Banyumas. Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang kental, dan dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh pedalangan untuk Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, dan Ki Suwarjono.

·        Gending Banyumasan



Gending khas lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan. Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo bahkan lebih mendekati irama Sunda. Syairnya umumnya mengandung nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan mengenal juga laras slendro dan pelog.

·        Begalan



Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu. Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog yang disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang diterjemahkan dari nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman bambu diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik buruk. Centhing, tempat nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah yang memiliki tatanan tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah alat memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah tangga cara berpikirnya harus masak/matang. Selain menikmati kebolehan atraksi tari begalan dan irama gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog menarik yang penuh humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang dipikul diperebutkan para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak boleh dipentaskan terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian panjang upacara pengantin.

·        Rengkong



Rengkong adalah kesenian yang menyajikan bunyi-bunyian khas serupa suara kodok mengorek secara serempak yang dihasilkan dari permainan pikulan bambu. Pikulan bambu tersebut berukuran besar dan kuat tetapi ringan karena berbahan dasar bambu tua. Biasanya menggunakan bambu tali dengan panjang sekitar 2,6 meter. Pada kedua ujung bambu dibuat lubang persegi panjang selebar 1 cm, sekeliling bambu melintasi lobang tersebut diraut sebagai tempat bertengger tali penggantung ikatan padi. Dua ikat padi seberat ± 15 kg digayutkan dengan tali ijuk mengalungi sonari (badan rengkong bambu di tempat yang diraut). Di tengah masing-masing ikatan padi ada sunduk (tusuk) bambu sepanjang hampir 2 meter. Ujung atas sunduk bambu dimasukkan ke badan bambu rengkong dekat gantungan tali ijuk. Cara memainkannya, pikulan bambu rengkong yang berisi muatan padi diletakkan pada bahu kanan (dipikul). Pemikul mengayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan dengan mantap dan teratur. Tali ijuk dengan beban padi yang menggantung pada badan bambu rengkong pun bergerak-gerak, gesekan tali ijuk yang keras inilah yang menimbulkan suara berderit-derit nyaring. Kalau ada beberapa rengkong yang dimainkan serempak maka akan timbul suara yang mengasyikan, khas alam petani. Bila dimainkan dengan berbaris berarak-arakan maka suasananya akan lebih semarak. Kesenian tradisional para petani ini biasanya diadakan pada pesta perayaan panen atau pada hari-hari besar nasional.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_tradisional_Banyumasan







·       MAKANAN KHAS BANYUMAS

·        Soto Sokaraja



Soto Sokaraja adalah salah satu kuliner khas Banyumas yang hanya bisa ditemui dan dirasakan kenikmatan di daerah Sokaraja Banyumas. Walaupun di beberapa daerah ada juga soto sokaraja, namun tetap saja soto asli sokaraja Banyumas ini tidak bisa dikalahkan dengan yang lain.

·         Klanting/ Lanting Bumbu


Mungkin bagi yang pernah naik kereta api tahun sebelum tahun 2012, ada ciri khas ketika kereta memasuki Stasiun Purwokerto yaitu tawaran pedagang asongan yang menjajakan lanting bumbu. Ya, Banyumas memang identik dengan lanting bumbu. Ada juga yang menyebutkan lanting bumbu dengan kelanting. Lanting bumbu adalah makanan khas banyumas yang terbuat dari singkong yang diparut dan diperas airnya dan kemudian dicampurkan dengan bumbu-bumbu lalu digoreng hingga berubah warna. Sobat harus nyobain makanan kecil khas ini, karena enak dan gurih. Tidak hanya cocok untuk cemilan, tapi juga pas sebagai sajian untuk tamu.

·        Nopia


Hampir sama dengan lanting yang biasanya dijajakan di kereta dan tempat strategis lain, nopia menjadi makanan khas banyumas Jawa Tengah paling laris selanjutnya. Bentuknya unik, cara membuatnya juga unik. Bagaimana tidak unik cara membuatnya, proses pematangan nopia bukan dengan digoreng atau dikukus, tapi di panggang di tungku khusus dengan cara ditempel di dinding tungku yang dipanasi dengan bara api. Bahan utamanya adalah tepung terigu yang diisi dengan gula jawa/ kacang/ coklat. Tinggal pilih sesuai dengan selera.

·         Getuk Goreng Sokaraja


Makanan khas Banyumas Jawa Tengah selanjutnya adalah getuk goreng sokaraja. Berbeda dengan getuk-getuk pada umumnya yang dibuat dengan hanya menguleni bahaln-bahan yang terbuat dari singkong kemudian dicetak menggunakan cetakan khusus, getuk goreng perlu dua kali proses pembuatan. Pertama dengan mengukus bahan-bahan utama yaitu singkong pilihan. Kemudian singkong yang sudah dikukus dilumatkan bersama dengan gula jawa. Campurkan juga dengan tepung terigu dan tepung beras . Bentuk menjadi kotak-kotak kecil. Proses selanjutnya adalah dengan menggoreng hingga aromanya harum dan berubah warna. Getuk goreng ini memiliki cita rasa yang khas yaitu paduan manis gula jawa dan singkongnya. Jika sobat mau, silahkan datang ke pusat getung goreng di daerah Sokaraja Banyumas.


·         Jenang Jaket


Makanan khas Banyumas satu ini tergolong unik karena namanya jaket, tapi bukan berarti dari jaket beneran ya. Jika di Jakarta ada roti buaya untuk acara kawinan, di Banyumas Jenang Jaket adalah satu kuliner wajib yang ada di acara nikahan. Mersi adalah satu daerah yang terkenal dengan jenang jaketnya. Disana sobat bisa mendapatkan jenang yang baru matang atau bisa juga melihat bagaimana cara membuatnya. Rasanya? jelas enak, paduan antara kekenyalan dan manis gula jawa asli.

·         Keripik


Satu oleh-oleh wajib yang harus sobat bawa dari Banyumas adalah keripik. Keripik terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian dilumuri dengan tepung lalu digoreng hingga kering sehingga ketika dimakan akan terasa sekali, kriyik-kriyiknya.

·         Cimplung


Satu lagi makanan khas Banyumas yang wajib sobat cicipi, yaitu cimplung. Cimplung adalah makanan khas olahan Banyumas yang hanya bisa bisa dilakukan oleh mereka para pembuat gula jawa. Sebab cara membuatnya dengan merebus bahan utama cimplung yaitu singkong atau dawegan (kelapa muda) ke dalam rebusan air nira kelapa (badeg). Rasanya tentu saja manis, manis alami gula jawa.

·         Kraca


Jangan kaget, ketika bulan puasa di Banyumas ada makanan yang banyak di jual di warung selain kolak atau bubur, makanan itu adalah kraca. Kraca adalah sejenis keong sawang yang kecil-kecil kemudian diolah sedemikian rupa sehingga bisa bercita rasa istimewa. Dalam pengolahannya bumbu yang paling mencolok adalah adanya batang sereh, sehingga aroma akan terasa sangat harum. Dimakan dengan cara di cucup (di sedot dengan mulut). Cocok untuk menu buka puasa.

·         Tomplo/Templek
Tomplo adalah gorengan atau makanan kecil khas Banyumas Jawa Tengah. Tomplo ini dibuat dari ranjem (sisa perasan ampas tahu) kemudian dilumuri dengan tempu yang telah dicampur dengan bumbu mendoan, kemudian digoreng. Tomplo bisa dimakan sendiri atau bersama nasi.

·         Kluban


Namanya kluban, bukan uban. Bagi yang sudah pernah makan urap (sayur urap), kluban nyaris sama dengan sayur urap. Sama terbuat dari sayur yang telah direbus kemudian dicampur dengan parutan kelapa yang telah dibumbui dan diberi sambel. Bedanya adalah pada pengolahan parutan kelapa. Kalau urap, dimasak terlebih dahulu, kalau kluban langsung dicampur dengan sayur. Tapi rasanya lezat banget sobat.

·         Gesret
Kembali lagi dengan makanan yang terbuat dari singkong, yaitu gesret. Prosesnya yaitu singkong yang telah dibersihkan, kemudian digesret/ diparut dengan parutan khusus sehingga bentuknya panjang seperti mi kwetiau, namun panjangnya mungkin hanya 5 cm. Setelah itu gesretan dicampur dengan gula jawa dan bumbu lain, kemudian dikukus. Gesret disajikan dengan dipotong-potong persegi dan ditaburi dengan parutan kelapa.

·         Jalabia


Jalabia terbuat dari singkong yang diparut kemduian dibentuk menjadi lingkaran seperti donat. Kemudian digoreng hingga mengambang. Jalabia cocok dijadikan sebagai makanan ringan saat senggang, bisa dimakan hangat ataupun dingin.

·        Intil


Satu lagi makanan khas Banyumas yang terbuat dari singkong yaitu intil. Proses pembuatan intil agak mirip dengan pembuatan jalabia. Namun parutan yang digunakan adalah parutan halus. Hasil parutan singkong kemudian diperas dan dicampur dengan gula jawa dan bumbu lainnya. Kemudian singkong dikukus hingga matang. Jika sudah matang intil bisa dijadikan sebagai pengganti nasi namun rasanya manis.

·        Kepok


Apakah sobat pernah makan lupis medan? Kepok hampir sama dengan lupis medan, sama-sama terbuat dari beras ketan yang diproses seperti membuat nasi kemudian di bentuk menggunakan mangkuk kemudian ditaburi dengan parutan kelapa yang ditaburi garam secukupnya.

·        Tegean


Tegean adalah sayuran bening khas banyumas. Isinya bermacam-macam sayuran biasanya ada kubis, kentang, wortel, sawi, bayam, muncang, seledri dan taburan bawang goreng yang diracik menggunakan bumbu khusus sehingga menjadi sayuran yang enak dan lezat. Ada juga yang mencampurkannya dengan irisan daging sapi/ krewedan atau juga dengan daging ayam. Ada juga yang membuat tegean dengan dicampur dengan mi bihun.

  




·       TEMPAT WISATA KABUPATEN BANYUMAS

·        Alun-Alun Purwokerto


Berada 18 km dari Purwokerto. Jaman dahulu, alun-alun merupakan penanda pusat pemerintahan, dan ditanami pohon beringin sebagai lambang pengayom rakyat.
  • ·        Andhang Pangrenan


Taman Andhang Pangrenan berada di bekas terminal bus Jalan Gerilya. Taman yang luas ini mulai diresmikan Maret 2011, di era Bupati Mardjoko. Sangat cocok bagi Anda yang suka jogging, karena tersedia track jogging mengelilingi taman. Anda bisa juga bersepeda di dalam taman, tanpa harus membawa sepeda dari rumah karena ada penyewaan sepeda di dalam.
  • ·         Baturaden


Kawasan wisata Baturraden, sebelum Telaga Sunyi, merupakan wahana ekowisata dan petualangan rimba, gunung, dan sungai.
  • ·         Bendung Gerak Serayu


Kawasan wisata Baturraden, sebelum Telaga Sunyi, merupakan wahana ekowisata dan petualangan rimba, gunung, dan sungai.
  • ·         Bumi Perkemahan Banyumas


Perkemahan sejuk di kawasan Baturraden, yang sering digunakan para pecinta alam dan digunakan sebagai tempat Jambore Nasional Gerakan Pramuka.
  • ·         Curug Cipendok


Desa Karangtengah, Kec Cilongok, dengan ketinggian 92 m, hawanya sejuk, lokasinya cukup mudah dicapai, bisa menikmati mendoan dan susu murni saat menuju curug. 
  • ·         Dream Land


Jalan Pabrik Tapioka, Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, dengan Air terjun, Arum Jeram, Flying Fox, Kolam Arus, Kolam Seribu Air, Kolam Terapi Ikan, Taman Pasir, Taman Batu, Taman Burung, Taman Reptil, Water Boom, Water Park.
  • ·         Gunung Slamet


Treking mendaki Gunung Slamet setinggi 3.428 mdpl yang bisa ditempuah melalui jalur pancuran 7, wanawisata Baturraden, Baturraden Adventure Forest, atau dari Blambangan, Purbalingga.
  • ·         Pendopo Sipanji


Di samping alun-alun Purwokerto, dengan salah satu pilarbernama Si Panji, merupakan lambang kekuatan rakyat Banyumas, dibangun Adipati Yudonegoro II, Bupati Banyumas ke-7, pada 1706.
  • ·         Telaga Sunyi Baturaden


Berada 3,5 km di sebelah timur Baturraden. Telaga ini begitu indah dengan airnya yang dingin dan sangat jernih. Pada musim-musim tertentu dijumpai aneka kupu-kupu dan capung.
  • ·         Trowongan Notog


Desa Notog, Kecamatan Patikraja, dengan panjang 260 m, dibangun oleh Perusahaan Kereta Api SS (Staats Spoorwegen) pada 1915 untuk mendukung jalur kereta api Cirebon u2013 Kroya. Di atas terowongan terdapat makam dari para pekerja pembangunan terowongan Notog.
  • ·         Watu Sinom


Di dalam kebun di belakang SMP Negeri 2 Kedungbanteng, berupa sebuah batu sangat besar, yang konon merupakan tempat bertemu Raden Kamandaka dengan Raden Banyak Ngampar, adiknya.




·                   ALAT MUSIK BANYUMAS

·       Kentongan


Alat musik tradisional ini biasa dipasang di depan rumah dan di tempat ronda. Kentongan terbut dari bambu yang dilubangi. Cara memainkannya sangatlah mudah, yaitu dengan cara dipukul dengan kayu.

·        Kendang


Ada orang yang menyebutnya dengan Gendang. Alat musik ini terbuat dari kayu, penjalin sebagai talu, dan kulit sapi sebagai penutupnya. Ala musik ini sangat menonjol suaranya kalau di musik dangdut, jaipongan, dan wayang kulit. Seseorang bisa menari mengikuti irama kendang. Seperti goyangan para artis dangdut sangat indah ketika mengikuti irama kendang.

·         Bonang


Bonang biasa terbuat dari kuningan. Bonang mempunyai variasi ukurang. Masing-masing ukurang menghasilkan suara yang berbeda-beda. Cara memainkannya cukup dipukul dengan kayu. Alat ini bisa kamu lihat di acara jaran kepang atau “ebeg” atau kuda lumping, dan wayang kulit. Irama bonang bisa sesuai dengan irama do re mi fa so la si do


Sumber : http://www.pakmono.com/2015/01/alat-musik-tradisional-jawa-tengah-yang.html