Jumat, 18 November 2016

Cerita pendek tema persahabatan

Kemanakah Engkau Sahabatku?
           
Namaku Iza, aku kelas tiga sekolah menengah pertama. Di sekolah aku mempunyai banyak teman, namun ketika di rumah aku merasa sama sekali tidak mempunyai teman. Hal itu disebabkan karena semua teman – teman yang tinggal disekitar rumahku sudah melanjutkan ke sekolah yang berbeda – beda dan mereka sudah mempunyai teman baru.
            Sampai pada waktu itu tepatnya pada hari Sabtu sore, aku bermain bersama salah satu temanku yang bernama Lia. Lia merupakan teman yang seangkatan denganku tetapi kita bersekolah ditempat yang berbeda.
            “Li besok hari Minggu kan?” aku mengawali pembicaraan.
            “Iya, memangnya kenapa Za?” Lia menjawab pertanyaanku.
            “Besok kita main yo?”  ajakku kepada Lia.
            “Ayo, kita mau main kemana?”
            “Aku belum tahu Li, kalau menurutmu enaknya kemana ya?” aku bertanya.
            “Aku juga belum tahu.” Jawab Lia.
“Ya sudah kalau begitu besok aku akan kerumahmu jam 10 pagi, tetapi setelah aku membantu pekerjaan orang tuaku terlebih dahulu.” aku memberikan kepastian.
Karena hari sudah semakin gelap kami berdua memutuskan untuk pulang kerumah masing–masing. Hatiku senang sekali karena besok aku dan Lia akan bermain bersama. Setelah sampai dirumah aku langsung bersiap – siap untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama keluargaku. Sambil menunggu waktu sholat isya aku belajar mengaji bersama ayahku. Sampai akhirnya adzan berkumandang, hal itu menandakan sudah masuknya waktu sholat isya. Akhirnya aku dan keluargaku melaksanakan sholat isya berjamaah. Setelah melaksanakan sholat isya aku dan keluargaku makan malam bersama. Setelah itu aku tidur karena sudah capek setelah melakukan kegiatan di siang harinya.
Mentari pagi mulai menampakkan semburat sinarnya di balik awan, menyebarkan kehangatan yang mengajakku bersemangat pagi ini. Ini adalah hari Minggu, hari untuk beristirahat setelah 6 hari lamanya melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pagi itu aku teringat dengan janjiku dan Lia untuk bermain bersama. Setelah aku bangun, aku langsung mandi dan membantu pekerjaan ibuku untuk memasak, mencuci piring, menyetrika baju seragamku, menyapu dan mengepel rumah.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 10.00, aku segera berpamitan kepada kedua orang tuaku untuk bermain. Aku bergegas menuju kerumah Lia. Sesampainya aku dirumah Lia…
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam, ada apa Za?” ibu Lia keluar menemuiku.
“Lianya ada bu?”
“Oh kamu mencari Lia. Tadi Lia barusaja pergi bersama teman – teman satu sekolahnya.”
Setelah mendengar perkataan Ibu Lia aku merasa kecewa. Bagaimana mungkin sahabatku sendiri sudah mengingkari janjinya untuk bermain bersamaku. Apakah Lia sudah melupakanku?, sampai – sampai ia tega melakukan itu. Kemanakah engkau sahabatku?. Kemanakah Lia yang dulu? Lia yang selalu bersamaku sejak kecil, Lia yang selalu bermain bersamaku. Aku berkata dalam hati sambil melamun. Sampai akhirnya suara Ibu Lia membuyarkan lamunanku.
“Za!.”
“Eh iya bu!” aku terbangun dari lamunanku.
“Kenapa kamu melamun? Lagi ada masalah ya?”  Ibu Lia bertanya kepadaku.
“Tidak kok bu.”
“Ya sudah kamu masuk dulu yuk!”
“Tidak usah bu, aku mau langsung pulang saja. Wassalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Aku pulang kerumah dengan perasaan kecewa, sangat kecewa. Dirumah aku menangis, aku teringat dengan pengalamanku dulu sewaktu bermain dan bercanda bersama Lia. Dulu Lia tidak seperti ini, dulu ia sangat baik kepadaku.
Satu jam sudah aku menangis karena Lia. Ketika aku sedang menangis, aku mendengar suara ketukan pintu. Ketika ku buka pintu, ternyata yang datang adalah Lia. Aku kaget sekaligus tidak percaya yang datang itu Lia.
“Hay Li, kamu darimana?” aku langsung berlari memeluknya.
“Iya Za, aku habis mengerjakan tugas kelompok bersama teman – teman satu sekolahku.   Kata ibu, kamu tadi kerumahku ya?”
“Iya, aku tadi kerumah mencarimu. Aku pikir kamu sudah mengingkari janji kita untuk bermain bersama dan melupakanku.”
“Mana mungkin aku mengingkari janji kita. Aku juga tidak akan melupakanmu Za.” Jelas Lia.
“Iya Li, maafkan aku sudah berprasangka buruk kepadamu.”
“Iya Za, aku juga minta maaf kemarin aku tidak bilang kepadamu kalau aku akan mengerjakan tugas kelompok.”
Kita berdua saling memaafkan. Dan janji yang kemarin kita buat sekarang akan terwujud. Aku dan Lia pergi bermain bersama.
Memang sahabat itu merupakan segalanya.

Dan tanpa sahabat kita akan merasa kesepian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar