Kemanakah Engkau
Sahabatku?
Namaku Iza, aku kelas tiga sekolah
menengah pertama. Di sekolah aku mempunyai banyak teman, namun ketika di rumah
aku merasa sama sekali tidak mempunyai teman. Hal itu disebabkan karena semua
teman – teman yang tinggal disekitar rumahku sudah melanjutkan ke sekolah yang
berbeda – beda dan mereka sudah mempunyai teman baru.
Sampai
pada waktu itu tepatnya pada hari Sabtu sore, aku bermain bersama salah satu
temanku yang bernama Lia. Lia merupakan teman yang seangkatan denganku tetapi
kita bersekolah ditempat yang berbeda.
“Li
besok hari Minggu kan?” aku mengawali pembicaraan.
“Iya,
memangnya kenapa Za?” Lia menjawab pertanyaanku.
“Besok
kita main yo?” ajakku kepada Lia.
“Ayo,
kita mau main kemana?”
“Aku
belum tahu Li, kalau menurutmu enaknya kemana ya?” aku bertanya.
“Aku
juga belum tahu.” Jawab Lia.
“Ya
sudah kalau begitu besok aku akan kerumahmu jam 10 pagi, tetapi setelah aku
membantu pekerjaan orang tuaku terlebih dahulu.” aku memberikan kepastian.
Karena hari sudah semakin gelap kami
berdua memutuskan untuk pulang kerumah masing–masing. Hatiku senang sekali
karena besok aku dan Lia akan bermain bersama. Setelah sampai dirumah aku
langsung bersiap – siap untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama keluargaku.
Sambil menunggu waktu sholat isya aku belajar mengaji bersama ayahku. Sampai
akhirnya adzan berkumandang, hal itu menandakan sudah masuknya waktu sholat
isya. Akhirnya aku dan keluargaku melaksanakan sholat isya berjamaah. Setelah
melaksanakan sholat isya aku dan keluargaku makan malam bersama. Setelah itu
aku tidur karena sudah capek setelah melakukan kegiatan di siang harinya.
Mentari pagi mulai menampakkan semburat
sinarnya di balik awan, menyebarkan kehangatan yang mengajakku bersemangat pagi
ini. Ini adalah hari Minggu, hari untuk beristirahat setelah 6 hari lamanya
melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pagi itu aku teringat dengan
janjiku dan Lia untuk bermain bersama. Setelah aku bangun, aku langsung mandi
dan membantu pekerjaan ibuku untuk memasak, mencuci piring, menyetrika baju
seragamku, menyapu dan mengepel rumah.
Jam dinding sudah menunjukan pukul
10.00, aku segera berpamitan kepada kedua orang tuaku untuk bermain. Aku
bergegas menuju kerumah Lia. Sesampainya aku dirumah Lia…
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam, ada apa Za?” ibu Lia
keluar menemuiku.
“Lianya ada bu?”
“Oh kamu mencari Lia. Tadi Lia barusaja
pergi bersama teman – teman satu sekolahnya.”
Setelah mendengar perkataan Ibu Lia aku merasa
kecewa. Bagaimana mungkin sahabatku sendiri sudah mengingkari janjinya untuk
bermain bersamaku. Apakah Lia sudah melupakanku?, sampai – sampai ia tega
melakukan itu. Kemanakah engkau
sahabatku?. Kemanakah Lia yang dulu? Lia yang selalu bersamaku sejak kecil, Lia
yang selalu bermain bersamaku. Aku berkata dalam hati sambil melamun.
Sampai akhirnya suara Ibu Lia membuyarkan lamunanku.
“Za!.”
“Eh iya bu!” aku terbangun dari
lamunanku.
“Kenapa kamu melamun? Lagi ada masalah
ya?” Ibu Lia bertanya kepadaku.
“Tidak kok bu.”
“Ya sudah kamu masuk dulu yuk!”
“Tidak usah bu, aku mau langsung pulang
saja. Wassalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”
Aku pulang kerumah dengan perasaan
kecewa, sangat kecewa. Dirumah aku menangis, aku teringat dengan pengalamanku
dulu sewaktu bermain dan bercanda bersama Lia. Dulu Lia tidak seperti ini, dulu
ia sangat baik kepadaku.
Satu jam sudah aku menangis karena Lia. Ketika
aku sedang menangis, aku mendengar suara ketukan pintu. Ketika ku buka pintu,
ternyata yang datang adalah Lia. Aku kaget sekaligus tidak percaya yang datang
itu Lia.
“Hay Li, kamu darimana?” aku langsung
berlari memeluknya.
“Iya Za, aku habis mengerjakan tugas
kelompok bersama teman – teman satu sekolahku.
Kata ibu, kamu tadi kerumahku ya?”
“Iya, aku tadi kerumah mencarimu. Aku
pikir kamu sudah mengingkari janji kita untuk bermain bersama dan melupakanku.”
“Mana mungkin aku mengingkari janji kita.
Aku juga tidak akan melupakanmu Za.” Jelas Lia.
“Iya Li, maafkan aku sudah berprasangka
buruk kepadamu.”
“Iya Za, aku juga minta maaf kemarin aku
tidak bilang kepadamu kalau aku akan mengerjakan tugas kelompok.”
Kita berdua saling memaafkan. Dan janji yang kemarin
kita buat sekarang akan terwujud. Aku dan Lia pergi bermain bersama.
Memang sahabat itu merupakan segalanya.
Dan tanpa sahabat kita akan merasa kesepian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar